Selasa, 28 Juni 2016

Tum Hi Ho-aashiqui 2 lirik Ranveer Vaghela~Ishani pareks

hum tere bin ab reh nahi sakte,
tere bina kya wajood mera?
hum tere bin ab reh nahi sakte,
tere bina kya wajood mera?

tujh se juda agar ho jaayenge,
toh khud se hi ho jaayenge juda.

Kyun ki tum hi ho
ab tum hi ho,
zindagi ab tum hi ho.
chain bhi,
mera dard bhi.
meri aashiqui ab tum hi ho.

tera mera rishta hai kaisa?
ek pal door gawara nahi.
tere liye har roz hain jeete;
tujhko diya mera waqt sabhi.
koi lamha mera na ho tere bina,
har saans pe naam tera.

kyun ki tum hi ho
ab tum hi ho,
zindagi ab tum hi ho.
chain bhi,
mera dard bhi.
meri aashiqui ab tum hi ho.

tum hi ho..
tum hi ho..

tere liye hi jiya main.
khudko jo yun de diya hai.
tere wafa ne mujhko sambhala;
saare ghamon ko dil se nikala.
tere saath mera hai naseeb juda,
tujhe paake addhura na raha.
mmm..

kyun ki tum hi ho
ab tum hi ho,
zindagi ab tum hi ho.
chain bhi,
mera dard bhi.
meri aashiqui ab tum hi ho.

kyun ki tum hi ho
ab tum hi ho,
zindagi ab tum hi ho.
chain bhi,
mera dard bhi.
meri aashiqui ab tum hi ho.

Sabtu, 28 Mei 2016

Lirik Lagu Cinta Dan Rahasia feat. Glenn Fredly - Yura

terakhir kutatap mata indahmu
dibawah bintang bintang
terbelah hatiku 
antara cinta dan rahasia 

ku cinta pada mu namun kau milik
sahabatku dilema
hatiku
andai ku bisa berkata sejujurnya

jangan kau pilih dia
pilihlah aku yang mampu mencinta mu lebih dari dia
bukan ku ingin merebutmu dari sahabat ku
namun kau tahu
cinta tak bisa tak bisa kau salahkan

ku cinta pada mu namun kau milik
sahabatku dilema
hatiku
andai ku bisa berkata sejujurnya

jangan kau pilih dia
pilihlah aku yang mampu mencinta mu lebih dari dia
bukan ku ingin merebutmu dari sahabat ku
namun kau tahu
cinta tak bisa tak bisa kau salahkan

jangan kau pilih dia
pilihlah aku yang mampu mencinta mu lebih dari dia
bukan ku ingin merebutmu dari sahabat ku
namun kau tahu
cinta tak bisa tak bisa kau salahkan
tak bisa kau salahkan
tak bisa kau salahkan

Kecewa-Bunga Citra Lestari


Sedikit waktu yang kau miliki
Luangkanlah untukku
Harap secepatnya datangi aku
S'kali ini ku mohon padamu
Ada yang ingin ku sampaikan
Sempatkanlah...

Hampa kesal dan amarah
S'luruhnya ada dibenakku
Tandai seketika
Hati yang tak terbalas
Oleh cintamu...
Kuingin marah, melampiaskan tapi kuhanyalah sendiri disini
Ingin kutunjukkan pada siapa saja yang ada
Bahwa hatiku kecewa...

Sedetik menunggumu disini, s'perti seharian
Berkali kulihat jam ditangan
Demi membunuh waktu
Tak kulihat tanda kehadiranmu
Yang semakin meyakiniku
Kau tak datang

Sabtu, 30 Januari 2016

Pantai Jelangkung

pantai jelangkung gedangan malang

Mendengar kata jelangkung, sebagian orang pasti terbayang pada sebuah cerita atau legenda makhluk halus turun temurun yang menyeramkan. Namun berbeda dengan jelangkung yang ada di Malang. Ya, jelangkung yang dimaksud di kota apel ini adalah nama sebuah pantai. Ketika berada di Malang, cobalah untuk mengunjungi Pantai Jelangkung ini.


Pantai Jelangkung berada di Desa Gajahrejo, Kecamatan Gedangan, Kabupaten Malang. Pantai ini terletak persis di pinggir jalan lintas selatan (JLS) Malang. Nama pantai ini memang unik dan membuat siapapun yang baru pertama mendengarnya merasa penasaran. Namun tak seseram namanya, rona keindahan pantai ini justru terlihat begitu jelas dari jalan raya yang sudah mulus beraspal.

Sebenarnya nama asli pantai ini adalah Jolangkung yang dalam bahasa Jawa berarti ‘ojo liwat’. Adapun dalam bahasa Indonesia, ‘ojo liwat’ berarti ‘jangan lewat’. Dahulu di pantai ini ombaknya terkenal sangat besar hingga meluber ke jalan raya. Siapapun yang lewat di jalan raya tersebut terutama saat ada ombak besar, kemungkinan tergulung ombak. Oleh sebab itu, ketika ada ombak besar kita tidak diperbolehkan lewat, harus menunggu sebentar agar ombak reda. Berdasarkan hal itulah maka pantai ini pun disebut dengan Jolangkung (jangan melewatinya). Kemudian masyarakat sekitar menyebutnya dengan Pantai Jelangkung. Hingga kini, pantai itu memang masih berbahaya jika ada ombak besar.

Namun wisatawan tak perlu takut ketika berkunjung ke pantai ini. Meskipun ombak di Pantai Jelangkung cukup tinggi, tetapi begitu sampai di bibir pantai ombak langsung berubah pelan. Hal ini karena adanya karang yang berada sekitar 10 meter sebelum bibir pantai. Tinggi karang itu hanya sekitar 50 cm, namun memanjang sepanjang pantai sekitar 300 meter, sehingga dari jauh tampak seperti seseorang yang sedang rebahan. Setiap kali ombak datang, air akan terhenti di batu karang ini. Sementara semburan air akan melingkar pelan di tubuh karang seperti air yang sedang membelai.


Pantai ini tergolong baru dikenal oleh masyarakat luas. Jika ingin menikmati keindahan dan keunikannya, Anda tidak dipungut tiket masuk alias masih gratis. Untuk menuju Pantai Jelangkung, dari kota Malang bisa mengikuti rute menuju Pantai Sendang Biru, lalu berbelok ke barat menuju Desa Gajahrejo.

Dari Desa Gajahrejo memasuki kawasan jalur lingkar selatan (JLS) jalan mulai beraspal mulus. Anda ikuti saja jalur JLS tersebut hingga sampai di Pantai Jelangkung. Lokasi pantai yang berada di pinggir jalan akan memudahkan perjalanan Anda. Jika telah sampai, Anda akan terpesona dengan keindahan serta pemandangan sekitar pantai yang begitu eksotik. Di sisi kanan dan kiri jalan dikelilingi oleh perbukitan yang cukup tinggi. Namun di sela-sela bukit itu, pandangan kita bisa menembus pantai yang membiru. Panorama yang mengagumkan tersebut sungguh menawan, seolah-olah seperti berada di luar negeri.

Oya, lokasi Pantai Jelangkung cukup dekat dengan Pantai Ngantep. Wisatawan bisa sekalian berwisata ke pantai yang tak kalah indah ini. Anda juga bisa mengunjungi pantai indah lainnya di Malang seperti Pantai Tamban, Pantai Modangan, Pantai Jonggring Saloko, Pantai Balekambang, dan lain-lain

Pantai Ngudel

BUKIT ASMARA PANTAI NGUDEL DESA SINDUREJO KEC. GEDANGAN KAB. MALANG


Bukit asmara adalah bekit yang berada dikawasan Pantai Wisata Ngudel. untuk mecapai puncak bukit ini memerlukan niat yang kuwat semangat yang tinggi dan stamiana extra, intinya perlu sedikit perjuangan untuk dapat mencapai buit ini.
Seperti Orang yang hendak menggapai asmara, pastinya memerlukan pengorbanan dan perjuangan, tapi jika sudah didapat kepuasan tiada tara yang ia rasakan ( katanya……..)
tapi kalau dipuncak bukit ini bisa anda buktikan sendiri
berikiut sedikit gambaran saat mencapai puncak Bukit Asmara Pantai Wisata Ngudel, saat mencapai puncak  langsung disambut oleh semilir anging yang menyejukan jiwa dan raga, walau matahari tepat diatas ubun-ubun tidak akan terasa panas, dari puncak bulit ini kita bisa melihat keindahan Pantai wisata Ngudel Secara Keseluruhan, apalagi saat senja kita bisa melihat keindahan matahari tenggelam.
berikut sedikit gambar yang diambil dari puncak Bukit Asmara
Kesejukan diatas Bukit Asmara

Keindahan Pantai Ngudel dilihat dari puncak Bukit Asmara
DSC_0453 DSC_0544 DSC_0460 DSC_0451
Keindahan matahari senja dari puncak Bukit Asmara
DSC_0486

Candi Singasari

Candi Singasari



Candi Singasari terletak di Desa Candi Renggo, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, kurang lebih 9 Km dari kota Malang ke arah Surabaya. Candi ini juga dikenal dengan nama Candi Cungkup atau Candi Menara, nama yang menunjukkan bahwa Candi Singasari adalah candi yang tertinggi pada masanya, setidaknya dibandingkan dengan candi lain di sekelilingnya. Akan tetapi, saat ini di kawasan Singasari hanya candi Singasari yang masih tersisa, sedangkan candi lainnya telah lenyap tak berbekas.

Kapan tepatnya Candi Singasari didirikan masih belum diketahui, namun para ahli purbakala memperkirakan candi ini dibangun sekitar tahun 1300 M, sebagai persembahan untuk menghormati Raja Kertanegara dari Singasari. Setidaknya ada dua candi di Jawa Timur yang dibangun untuk menghormati Raja Kertanegara, yaitu Candi Jawi dan Candi Singasari. Sebagaimana halnya Candi Jawi, Candi Singasari juga merupakan candi Syiwa. Hal ini terlihat dari adanya beberapa arca Syiwa di halaman candi.

Bangunan Candi Singasari terletak di tengah halaman. Tubuh candi berdiri di atas batur kaki setinggi sekitar 1,5 m, tanpa hiasan atau relief pada kaki candi. Tangga naik ke selasar di kaki candi tidak diapit oleh pipi tangga dengan hiasan makara seperti yang terdapat pada candi-candi lain. Pintu masuk ke ruangan di tengah tubuh candi menghadap ke selatan, terletak pada sisi depan bilik penampil (bilik kecil yang menjorok ke depan). Pintu masuk ini terlihat sederhana tanpa bingkai berhiaskan pahatan. Di atas ambang pintu terdapat pahatan kepala Kala yang juga sangat sederhana pahatannya. Adanya beberapa pahatan dan relief yang sangat sederhana menimbulkan dugaan bahwa pembangunan Candi Singasari belum sepenuhnya terselesaikan.

Di kiri dan kanan pintu bilik pintu, agak ke belakang, terdapat relung tempat arca. Ambang relung juga tanpa bingkai dan hiasan kepala Kala. Relung serupa juga terdapat di ketiga sisi lain tubuh Candi Singasari. Ukuran relung lebih besar, dilengkapi dengan bilik penampil dan di atas ambangnya terdapat hiasan kepala Kala yang sederhana. Di tengah ruangan utama terdapat yoni yang sudah rusak bagian atasnya. Pada kaki yoni juga tidak terdapat pahatan apapun.

Sepintas bangunan Candi Singasari terlihat seolah bersusun dua, karena bagian bawah atap candi berbentuk persegi, menyerupai ruangan kecil dengan relung di masing-masing sisi. Tampaknya relung-relung tersebut semula berisi arca, namun saat ini kempatnya dalam keadaan kosong. Di atas setiap ambang 'pintu' relung terdapat hiasan kepala Kala dengan pahatan yang lebih rumit dibandingkan dengan yang ada di atas ambang pintu masuk dan relung di tubuh candi. Puncak atap sendiri berbentuk meru bersusun, makin ke atas makin mengecil. Sebagian puncak atap terlihat sudah runtuh.

Candi Singasari pernah dipugar oleh pemerintah Belanda pada tahun 1930-an, terlihatan dari pahatan catatan di kaki candi. Akan tetapi, tampaknya pemugaran yang dilakukan hasilnya belum menyeluruh, karena di sekeliling halaman candi masih berjajar tumpukan batu yang belum berhasil dikembalikan ke tempatnya semula.

Di halaman Candi Singasari juga terdapat beberapa arca yang sebagian besar dalam keadaan rusak atau belum selesai dibuat, di antaranya arca Syiwa dalam berbagai posisi dan ukuran, Durga, dan Lembu Nandini.

Sekitar 300 m ke arah barat dari Candi Singasari, setelah melalui permukiman yang cukup padat, terdapat dua arca Dwarapala, raksasa penjaga gerbang, dalam ukuran yang sangat besar. Konon berat masing-masing arca mencapai berat 40 ton, tingginya mencapai 3,7 m, sedangkan lingkar tubuh terbesar mencapai 3,8 m. Letak kedua patung tersebut terpisah sekitar 20 m (sekarang dipisahkan oleh jalan raya).Menurut Dwi Cahyono, arkeolog dari Universitas Negeri Malang (UM), kedua arca Dwarapala itu semula menghadap ke arah timur, yaitu ke arah Candi Singasari, namun saat ini arca di sisi selatan sudah berubah arah menghadap agak ke timur laut. Pergeseran arah tersebut terjadi saat pengangkatannya dari dalam tanah. Sampai akhir 1980-an patung yang berada di sisi selatan masih terbenam dalam tanah sampai sebatas dada. Di belakang arca yang berada di selatan terdapat reruntuhan bangunan batu yang nampak seperti tembok. Diduga kedua arca ini merupakan penjaga gerbang masuk ke istana Raja Kertanegara (1268-1292) yang letaknya di sebelah barat (dibelakangi) kedua patung tersebut.

Legenda sekitar Dinasti Singasari

Beberapa candi di Jawa Timur, terutama yang terletak di sekitar kota Malang, mempunyai kaitan sejarah yang erat dengan Kerajaan Singasari. Dinasti Singasari merupakan keturunan Ken Dedes dengan kedua suaminya, Tunggul Ametung akuwu (kepala pemerintahan setingkat kecamatan) Tumapel dan Ken Arok, rakyat kebanyakan yang membunuh, mengambil alih kekuasaan, dan sekaligus merebut istri Tunggul Ametung.

Sejarah Kerajaan Singasari ini melahirkan legenda tentang keris buatan Mpu Gandring yang sangat terkenal di kalangan masyarakat Jawa Timur. Menurut legenda, Ken Arok adalah anak hasil hubungan gelap seorang wanita Desa Panawijen, bernama Ken Endog, dengan Batara Brahma. Tak lama setelah dilahirkan, bayi Ken Arok dibuang oleh ibunya di sebuah pekuburan, kemudian ditemukan dan dibawa pulang oleh seorang pencuri ulung. Dari ayah angkatnya inilah Ken Arok belajar tentang segala siasat dan taktik perjudian, pencurian dan perampokan. Setelah dewasa ia dikenal sebagai perampok yang sangat ditakuti di wilayah Tumapel. Suatu saat Ken Arok berkenalan dengan seorang brahmana bernama Lohgawe yang menasihatinya agar meninggalkan dunianya yang hitam. Atas dorongan Lohgawe, Ken Arok berhenti menjadi perampok lalu mengabdikan diri sebagai prajurit Tumapel.

Pada masa itu yang menjadi akuwu di Tumapel, wilayah Kerajaan Kediri, adalah Tunggul Ametung. Sang Akuwu memperistri Ken Dedes, putri Mpu Purwa yang tinggal di Panawijen. Dari perkawinan tersebut lahir seorang putra bernama Anusapati. Pada suatu hari, Ken Dedes pulang ke Panawijen untuk menjenguk ayahnya. Ketika Ken Dedes turun dari kereta kerajaan, bertiuplah angin kencang yang menyingkap bagian bawah kain panjangnya. Pada saat itu, Ken Arok yang bertugas mengawal kereta Ken Dedes sempat melihat sekilas betis istri Tunggul Ametung tersebut. Di mata Ken Arok, betis Ken Dedes memancarkan sinar yang menyilaukan. Pemandangan tersebut tak mau hilang dari benak Ken Arok. Ia lalu menanyakan hal itu kepada Mpu Purwa. Sang Mpu menjelaskan bahwa sinar yang dilihat Ken Arok merupakan pertanda bahwa Ken Dedes ditakdirkan sebagai wanita yang akan menurunkan raja-raja di Pulau Jawa.

Ken Arok kemudian memesan sebuah keris kepada seorang Mpu di Tumapel yang bernama Mpu Gandring. Untuk membuat sebuah keris yang dapat diandalkan keampuhannya, diperlukan waktu yang cukup lama untuk menempa, membentuk dan menjalankan ritual yang diperlukan. Karena keris yang dipesan tak kunjung selesai, Ken Arok menjadi sangat marah. Ia merebut keris yang belum selesai tersebut lalu menikamkannya ke tubuh pembuatnya. Menjelang ajalnya, Mpu Gandring mengutuk bahwa Ken Arok pun akan mati di ujung keris yang sama dan keris itu akan meminta korban tujuh nyawa.

Keris buatan Mpu Gandring tersebut oleh Ken Arok dipinjamkan kepada temannya yang mempunyai watak suka pamer, yaitu Kebo Ijo. Kebo Ijo memamerkan keris itu kepada teman-teman prajuritnya dan mengatakan bahwa keris itu adalah miliknya. Setelah banyak orang yang mengetahui keris itu milik sebagai milik Kebo Ijo, ken Arok lalu mencurinya dan menggunakannya untuk menikam Tunggul Ametung. Dengan sendirinya tuduhan jatuh kepada kebo Ijo, sementara Ken Arok berhasil menggantikan kedudukan Tunggul Ametung sebagai akuwu dan menikahi Ken Dedes.

Setelah berhasil menjadi akuwu, Ken Arok kemudian menaklukkan Kerajaan Kediri, yang kala itu diperintah oleh Raja yang kala itu diperintah oleh Raja Kertajaya (1191-1222), dan mendirikan Kerajaan Singasari. Ia menobatkan dirinya menjadi raja Singasari yang pertama dengan gelar Rajasa Bathara Sang Amurwabhumi. Dari Ken Dedes, Ken Arok berputra seorang, bernama Mahisa Wongateleng, sedangkan dari Ken Umang ia juga mendapatkan seorang putra bernama Tohjaya. Kutukan Mpu Gandring mulai berlaku. Ken Arok dibunuh dan digantikan kedudukannya oleh Anusapati. Anusapati dibunuh dan digantikan kedudukannya oleh Tohjaya. Tohjaya dibunuh dan digantikan oleh Ranggawuni, anak Anusapati. Ranggawuni kemudian dinobatkan sebagai raja dengan gelar Jayawisnuwardhana dan memerintah Singasari mulai pada tahun 1227 hingga 1268. Jayawisnuwardhana digantikan oleh putranya, Joko Dolog yang bergelar Kertanegara (1268-1292).

Kertanegara adalah Raja Singasari yang terakhir. Pemerintahannya ditumbangkan oleh Raja Kediri, Jayakatwang. Namun Jayakatwang berhasil dikalahkan oleh menantu Kertanegara yang bernama Raden Wijaya. Raden Wijaya yang merupakan keturunan Mahisa Wongateleng dan Raja Udayana di Bali ini kemudian mendirikan kerajaan Majapahit dengan pusat pemerintahan di Tarik (Trowulan)









Candi Penataran

Panataran_Jatim_1_sigit.jpg
Candi Panataran terletak di lereng barat daya Gunung Kelud, sekitar 12 km ke arah utara dari Kota Blitar, tepatnya di Desa Panataran, Kecamatan Ngleggok, Kotamadya Blitar. Candi ini merupakan sekumpulan bangunan kuno yang berjajar dari barat-laut ke timur kemudian berlanjut ke tenggara, menempati lahan seluas 12.946 m2.Gugus candi Panataran ditemukan kembali pada tahun 1815 oleh Sir Thomas Stamford Raffles (1781 – 1826), Letnan Gubernur Jenderal pemerintah kolonial Inggris yang berkuasa di Nusantara pada waktu itu. Bersama Dr. Horsfield seorang ahli ilmu alam, Raffles mengadakan kunjungan ke Candi Panataran. Setelah diketemukan kembali oleh Raffles, para peneliti mulai berdatangan untuk melakukan penyelidikan dan pencatatan benda purbakala di kawasan Panataran. Pada tahun 1867, Andre de la Porte bersama J. Knebel juga mengadakan penelitian terhadap kawasan candi Panataran. Hasil penelitiannya diterbitkan pada tahun 1900 dengan judul “De ruines van Panataran”.
Dalam kitab Negarakertagama, Candi Penataran disebut dengan nama Candi Palah. Diceritakan bahwa Raja Hayam Wuruk (1350 - 1389 M) dari Majapahit sering mengunjungi Palah untuk memuja Hyang Acalapati, atau yang dikenal sebagai Girindra (berarti raja gunung) dalam kepercayaan Syiwa. Oleh karena itu, jelas bahwa Candi Palah sengaja dibangun di kawasan dengan latar belakang Gunung Kelud, karena memang dimaksudkan sebagai tempat untuk memuja gunung. Pemujaan terhadap Gunung Kelud bertujuan untuk menangkal bahaya dan menghindarkan diri dari petaka yang dapat ditimbulkan oleh gunung tersebut.
Berdasarkan tulisan pada sebuah batu yang terletak sisi selatan bangunan utamanya, diduga bahwa Candi Palah dibangun pada awal abad 12 M, atas perintah Raja Srengga dari Kediri. Walaupun demikian, Candi Panataran terus mengalami pengembangan dan perbaikan sampai dengan, bahkan sesudah, masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk. Dugaan ini didasarkan pada berbagai angka tahun yang tertulis pada berbagai tempat di candi ini yang berkisar antara tahun 1197 sampai tahun 1454 M. Seluruh areal Panataran, kecuali halaman yang berada di bagian tenggara, terbagi oleh dua jalur dinding yang melintang dari utara ke selatan menjadi tiga bagian.
a. Gerbang

Gerbang masuk ke areal candi terletak sisi barat. Dari pintu masuk terdapat tangga turun ke pelataran seluas sekitar 6 m2. Di pelataran ini terdapat dua buah arca raksasa penjaga pintu (dwarapala), Pada tatakan arca tertera tulisan tahun 1242 Saka (1320 M.) dalam huruf Jawa kuno. Berdasarkan tulisan angka tahun tersebut para pakar menduga bahwa Candi Panataran baru diresmikan sebagai tempat suci milik kerajaan (state temple) pada masa pemerintahan Raja Jayanegara, yang memerintah Majapahit tahun 1309-1328 M.Di sisi belakang emperan, di antara kedua arca Dwaraphala tersebut, terdapat tangga naik menuju ke pelataran depan. Di puncak tangga masih terdapat sisa-sisa pintu gerbang dari bahan batu bata merah. Pintu gerbang ini masih disebut-sebut oleh Jonathan Rigg dalam kunjungannya ke Candi Panataran pada tahun 1848.
Susunan Candi Panataran memang menarik karena letak bangunan yang satu dengan yang lainnya berhadap-hadapan, berjajar dari depan ke belakang, sehingga sepintas kelihatan agak membingungkan. Susunan bangunan semacam ini mirip dengan susunan pura di Bali. Dalam susunan seperti ini, bangunan yang paling suci terletak di pelataran paling dalam atau paling belakang, yaitu yang paling dekat dengan gunung.
b. Pelataran Depan

Bale Agung. Di pelataran depan terdapat sekitar 6 buah bekas bangunan, 2 buah diantaranya tidak dapat dikenali lagi bentuk aslinya. Salah satu bangunan yang penting adalah Bale Agung, yang terletak di sisi barat-laut pelataran depan, agak menjorok ke barat (ke depan).Bale Agung, menurut N.J.Krom, dipergunakan untuk tempat musyawarah para pendeta atau penanda, seperti pura di Bali. Bale Agung merupakan bangunan yang berbentuk seperti panggung persegi panjang berukuran 37 X 18,84 m2 dengan lantai setinggi 1,44 meter. Dinding dan atap bangunan sudah tak bersisa. Hanya lantainya yang masih utuh.Pada lantai terdapat beberapa umpak batu yang diperkirakan fungsinya dahulu adalah sebagai penumpu tiang-tiang kayu penyangga atap. Seluruh lantai terbuat dari batu, dihiasi pahatan naga yang melilit di sekeliling dinding lantai dan kepalanya menyembul di setiap sudut lantai.
Di pertengahan setiap sisi terdapat tangga diapit dua buah arca Mahakala. Semua arca Mahakala masih berada di tempatnya kecuali yang berada di sisi timur.

Tempat Tinggal Pendeta. Bangunan yang letaknya di sisi utara, sejajar dengan Bale Agung, ini diperkirakan dahulu digunakan sebagai tempat tinggal pendeta. Seluruh bangunan sudah hancur, sehingga hanya tinggal tatanan umpak yang tersisa.

Batur Pendapa. Bangunan ini disebut juga Batur Pendapa. Letaknya di sebelah tenggara Bale Agung, tepat di belakang tempat tinggal para pendeta. Sebagaimana halnya dengan Bale Agung, yang masih tersisa saat ini hanyalah lantai bangunan yang terbuat dari batu, seluas 29,05 X 9,22 m2 dengan tinggi 1,5 m. Sekeliling dinding lantai dihiasi dengan relief cerita-cerita. Diduga bangunan Batur Pendapa ini dahulu berfungsi sebagai tempat untuk meletakkan sesajian dalam upacara keagamaan.Tangga untuk naik ke lantai pendapa hanya terdapat di sisi barat atau bagian depan. Terdapat dua buah tangga, di kiri dan di kanan, yang pada masing-masing diapit oleh sepasang arca raksasa kecil bersayap, bertumpu pada salah satu lututnya dan salah satu tangannya memegang gada. Pipi atau dinding pembatas tangga berbentuk gelung dengan hiasan 'tumpal' yang indah pada puncaknya. Pada pelipit atas sisi timur dinding lantai, tersembunyi di antara pahatan hiasan sulur dan dedaunan, terdapat pahatan angka tahun yang menunjukkan bahwa bangunan ini dibangun pada tahun 1297 Saka atau 1375 Masehi.
Batur Pendapa ini juga dihiasi dengan pahatan naga-naga yang saling membelakangi, melilit di sekililing dinding lantai. Ekor kedua naga yang saling membelakangi tersebut saling membelit, sedangkan kepalanya yang mendongak keatas, memakai kalung dan berjambul menyembul ke atas di antara pilar-pilar bangunan.
Bangunan Lain. Kedua bekas bangunan lainnya hanya tinggal fondasinya yang terbuat dari bata merah. Melihat banyaknya umpak batu yang tersisa di pelataran depan, diduga dahulu terdapat bangunan-bangunan yang menggunakan tiang kayu seperti yang dijumpai pada pura-pura di Bali. Banyaknya bangunan yang menggunakan tiang-tiang kayu belum diketahui secara pasti.
c. Pelataran tengah
Sekitar 8 m di timur atau belakang Batur Pendapa terdapat bekas dinding batu bata yang melintang dari utara ke selatan, yang membatasi pelataran depan dengan pelataran tengah. Di ujung selatan perbatasan, segaris dengan gerbang depan, terdapat bekas pintu gerbang yang di depannya dijaga oleh sepasang Arca Dwarapala dalam ukuran yang lebih kecil daripada yang terdapat di gerbang depan. Pada tatakan salah satu arca tertera angka tahun 1214 Saka (1319 M). Belum diketahui peristiwa apa yang dikaitkan dengan angka tahun ini. Di pelataran tengah ini masih dapat disaksikan sekitar 7 bekas bangunan, baik yang terbuat dari bahan batu bata merah maupun yang dibuat dari bahan batu andesit. Dari ketujuh bekas bangunan tersebut enam di antaranya sudah tidak dapat dikenali bentuknya.

Pelataran tengah terbagi dua lagi oleh dinding yang membujur arah timur-barat. Belum dapat diketahui apakah pelataran tengah ini dahulu dikelilingi oleh tembok, karena yang tertinggal hanya fondasi saja. Begitu juga tembok yang mengelilingi seluruh areal Panataran sudah runtuh. Tembok keliling dan dinding penyekat terbuat dari bahan batu bata merah yang tak mampu bertahan dalam perjalanan waktu yang panjang.

Candi Angka Tahun. Bangunan ini berada sekitar 20 m. di sebelah timur Batur Pendapa, seluruhnya terbuat dari batu andesit. Disebut Candi Angka Tahun karena bangunan di atas ambang pintu masuknya jelas terpahat angka tahun 1291 Saka (1369 M). Masyarakat setempat lebih mengenalnya dengan sebutan Candi Brawijaya, karena bangunan ini dipergunakan sebagai lambang Kodam Brawijaya. Sebagian orang menyebutnya Candi Ganesha, karena di dalam bilik candi terdapat sebuah arca Ganesha (dewa berkepala gajah). Bentuk Candi Angka Tahun ini sangat dikenal masyarakat, sehingga seakan-akan mewakili seluruh candi Panataran.Candi Angka tahun menghadap ke barat, karena pintu candi terletak di sisi barat. Di halaman depan, di kiri dan kanan bangunan candi, terdapat sepasang arca. Kaki candi cukup tinggi, sehingga untuk mencapai pintu dibuat tangga batu dengan pipi tangga berbentuk 'ukel' (gelung) besar dengan hiasan ' tumpal' berupa bunga-bungaan dalam susunan segitiga sama kaki. Dalam tubuh candi terdapat bilik (garba grha), yang di dalamnya terdapat arca Ganesha.

Sebagaimana candi lainnya, di atas ambang pintu terdapat hiasan kalamakara. Tepat di bawahnya, tertera angka tahun yang telah dijelaskan di atas. Pada dinding di ketiga sisi lainnya terdapat relung yang menyerupai pintu semu, yang juga dihiasi dengan kalamakara di atasnya. Di Jawa Timur, Kalamakara sering disebut Banaspati yang berarti raja hutan. Kala di atas ambang pintu dan relung candi dimaksudkan untuk menakut-nakuti roh jahat agar tidak berani masuk ke lingkungan candi.Atap candi dipenuhi dengan hiasan yang meriah, dengan puncak berbentuk persegi. Di bagian atas bilik candi pada batu penutup sungkup terdapat relief 'Surya', yakni lingkaran yang dikelilingi oleh pancaran sinar berupa garis-garis bersusun vertikal membentuk beberapa buah segitiga sama kaki. Relief 'Surya' yang merupakan lambang Kerajaan Majapahit ini juga ditemukan di beberapa candi lain di Jawa Timur dalam bentuk yang sedikit bervariasi.

Candi Naga. Bangunan ini di sebut Candi Naga karena sekeliling tubuhnya dililit oleh pahatan berwujud naga. Bangunan candi seluas 4.83 X 6,57 m. dengan tinggi 4,70 m. ini juga terletak di pelataran tengah. Seluruh bangunan terbuat dari batu andesit. Seperti Candi Angka Tahun, pintu masuk ke bilik candi terletak di sisi barat. Kaki candi cukup tinggi, sehingga untuk mencapai pintu dibuatkan tangga. Pipi tangga berbentuk 'ukel' berhiaskan 'tumpal'. Di kanan kiri kaki tangga terdapat arca raksasa membawa gada yang saat ini hanya tinggal satu. Bangunan yang ada saat ini merupakan hasil pemugaran tahun 1917-1918. Yang berhasil dikembalikan ke bentuk aslinya hanya bagian kaki dan tubuh candi. Bagian atap yang kemungkinan dibuat dari bahan yang tidak tahan lama telah runtuh.

Pada dinding tubuh candi terdapat pahatan sembilan tokoh yang berdiri di kiri dan kanan pintu masuk, di setiap sudut, dan di tengah ketiga dinding lainnya. Kesembilan tokoh ini digambarkan dalam busana kerajaan yang mewah dan dilatarbelakangi oleh 'prabha' (tempat bersandar yang dihisasi dengan sinar kedewaan).Salah satu tangannya memegang genta, sedang tangan yang lain menyangga tubuh naga yang melingkari bagian atas bangunan. Di antara pahatan tokoh-tokoh tersebut terdapat pahatan bermotif bulatan yang disebut 'motif medalion'. Dalam bulatan terdapat kombinasi relief daun-daunan atau bunga-bungaan dan berbagai jenis binatang. Di antara bulatan-bulatan tersebut terdapat relief cerita binatang dalam ukuran yang lebih kecil. Sayang cerita yang digambarkan dalam relief ini belum dapat diungkapkan.

Menurut orang Bali yang pernah mengunjungi Panataran, fungsi Candi Naga sama dengan fungsi Pura Kehen di Bali, yaitu sebagai tempat penyimpanan benda-benda milik para dewa. Barangkali lebih tepat bila Candi Naga dibandingkan dengan Pura Taman Sari yang terletak di Kabupaten Klungkung. Pura yang ditemukan tahun 1975 ini menunjukkan pertalian yang dekat dengan kerajaan Majapahit. Selain berfungsi sebagai tempat pemujaan Kerajaan Klungkung, Pura Taman Sari juga dipergunakan sebagai tempat 'pemasupatian' (pemberian kesaktian) terhadap senjata-senjata pusaka yang dibawa dari kerajaan Majapahit. Apabila perbandingan ini dapat dibenarkan, maka fungsi Candi Naga bukan hanya untuk menyimpan benda-benda upacara milik para dewa, tetapi lebih juga sebagai tempat 'pemasupatian' pusaka milik kerajaan Majapahit. Dengan demikian, untuk keperluan 'pemasupatian', pusaka-pusaka Majapahit tidak perlu dibawa ke Bali.d. Pelataran Dalam

Halaman terakhir adalah pelataran dalam yang semula juga dibatasi dengan dinding yang melintang arah utara-selatan. Di selatan juga terdapat bekas pintu gerbang yang dijaga oleh sepasang arca dwarapala. Di pelataran ini terdapat sekurangnya 9 bangunan, 2 buah yang sudah dapat dikenali adalah candi induk dan susunan percobaan bangunan tubuhnya. Ketujuh bangunan lainnya tinggal reruntuhan yang masih belum terungkapkan bentuk dan fungsinya.

Candi Utama (Induk). Candi Induk merupakan bangunan yang terbesar di antara seluruh bangunan Panataran. Lokasi bangunan terletak di pelataran paling belakang (timur), yang dianggap sebagai bagian yang suci. Bangunan candi terdiri atas tiga teras bersusun dengan tinggi seluruhnya 7,19 m.Teras pertama berbentuk empat persegi dengan diameter 30,06 meter untuk arah timur barat. Di pertengahan keempat sisinya terdapat bagian yang menjorok keluar sekitar 3 m. Untuk naik ke teras pertama, terdapat dua buah tangga di kiri dan kanan sisi barat. Pada masing-masing sisi kedua tangga terdapat arca dwarapala yang pada tatakannya terpahat angka tahun 1269 Saka (1347 M). Sepanjang dinding teras pertama dipenuhi pahatan relief cerita.
Teras kedua berukuran lebih kecil dibandingkan dengan teras pertama, karena pada bagian yang menjorok keluar di teras pertama justru sedikit menjorok ke dalam di teras kedua. Perbedaan ukuran antara teras pertama dan teras kedua membentuk selasar di lantai teras pertama, yang memungkinkan orang berjalan mengelilingi bangunan sambil menyaksikan adegan-adegan yang digambarkan dalam relief cerita yang terpahat di sepanjang dinding. Pada dinding di teras pertama dan kedua berjajar panil pahatan cerita Ramayana dan dan Krisnayana diselingi dengan hiasan motif medalion.

Pada teras kedua terdapat sebuah tangga naik yang letaknya hampir di pertengahan dinding. Tangga naik ini bersambung dengan tangga yang berada di teras ketiga.Teras ketiga berbentuk hampir bujur sangkar. Dindingnya berpahatkan naga bersayap dengan kepala yang sedikit mendongak ke depan dan singa bersayap dengan kaki belakang dalam posisi berjongkok sedangkan kaki depannya terangkat ke atas. Pahatan-pahatan pada dinding teras ketiga ini selain untuk mengisi bidang yang kosong juga berfungsi sebagai pilar bangunan.

Pada waktu dilakukan pembongkaran lantai teras ketiga, dalam rangka pemugaran, didapati bahwa bagian tengah lantai terbuat dari bata merah. Nampak jelas denah bangunan yang berbentuk persegi empat dengan bagian-bagian yang menjorok kedepan. Berdasarkan temuan tersebut, timbul dugaan bahwa bangunan asli Candi Panataran dibuat dari bata merah. Dalam kurun waktu berikutnya Panataran mengalami perluasan dengan cara menutupi bangunan aslinya menggunakan batu andesit. Perluasan itu diperkirakan terjadi pada zaman Majapahit.

Teras ketiga merupakan emperan kosong. Di tempat itu seharusnya berdiri tubuh candi yang sampai saat ini belum berhasil dikembalikan ke wujud aslinya karena belum semua bagian bangunan berhasil ditemukan. Sebagian dari tubuh candi induk ini telah disusun dalam susunan percobaan di halaman candi.Prasasti Palah. Di selatan candi utama masih berdiri tegak sebuah batu prasasti. Menilik besarnya ukuran batu prasasti, para ahli menduga sejak semula batu tersebut memang terletak di tempat itu.

Prasasti yang ditulis menggunakan huruf Jawa Kuno tersebut berangka tahun 1119 Saka (1197 M.), dibuat atas perintah Raja Srengga dari Kerajaan Kediri. Isi prasasti yang, antara lain, menyebutkan tentang peresmian sebuah tanah perdikan untuk kepentingan Sira Paduka Batara Palah, mendasari dugaan bahwa yang dimaksud dengan Palah tidak lain adalah Candi Panataran. Andaikata benar bahwa Palah adalah Candi Panataran, maka usia Candi Panataran sekurangnya telah mencapai 250 tahun dan pembangunan candi ini mengalami perjalanan panjang, yaitu dari tahun 1197, zaman kerajaan Kediri, sampai pada tahun 1454, zaman kerajaan Majapahit. Hampir semua bangunan yang dapat masih dapat disaksikan sekarang berasal dari masa pemerintahan raja-raja Majapahit. Barangkali bangunan-bangunan yang lebih tua (dari zaman Kediri) telah lama runtuh.e. Bangunan lain.

Masih ada dua buah bangunan lain yang letaknya di luar areal Panataran yang masih ada hubungannya dengan candi Panataran, yaitu sebuah kolam berangka tahun 1337 Saka (1415 M.) yang terletak di sebelah tenggara dan sebuah kolam 'petirtaan' (tempat mandi) dalam ukuran yang agak besar, yang terletak kira-kira 200 meter di timur-laut areal candi.



















Sabtu, 23 Januari 2016

LIRIK LAGU TEMBANG TRESNO

Padhange Suryo Nanging peteng
ning mripatku
Sinare Rembulan nambahi susahing
atiku
Tresno Sing tak jaga amung kanggo
Sliramu
Nanging, Nyatane aku muk apusi
Padhange Suryo Nanging peteng
ning mripatku
Sinare Rembulan nambahi susahing
atiku
Tresno Sing tak jaga amung kanggo
Sliramu
Nanging, Nyatane aku muk apusi
Tembang tresno ning lambemu
Nyatane amung semu
Janji tresno marang aku
Nyatane nyusahke atiku
Tego tenan Kowe nglarani aku
Tego tenan Kowe ngapusi aku
Wis cukup sakmene crito lan laguku
Aku pamit lilakno lungaku
Tembang tresno ning lambemu
Nyatane amung semu
Janji tresno marang aku
Nyatane nyusahke atiku
Tego tenan kowe nglarani aku
Tego tenan kowe ngapusi aku
Wis cukup sakmene crito lan laguku
Aku pamit lilakno lungaku
Aku pamit lilakno lungaku

LIRIK LAGU JANJI SUCI-YOVIE AND NUNO

Dengarkanlah wanita pujaanku
Malam ini akan kusampaikan
Hasrat suci kepadamu dewiku
Dengarkanlah kesungguhan ini
Aku ingin, mempersuntingmu
Tuk yang pertama dan terakhir
Jangan kau tolak dan buatku hancur
Ku tak akan mengulang tuk meminta
Satu keyakinan hatiku ini
Akulah yang terbaik untukmu
Dengarkanlah wanita impianku
Malam ini akan kusampaikan
Janji suci satu untuk selamanya
Dengarkanlah kesungguhan ini
Aku ingin, mempersuntingmu
Tuk yang pertama dan terakhir
Jangan kau tolak dan buatku hancur
Ku tak akan mengulang tuk meminta
Satu keyakinan hatiku ini
Akulah yang terbaik untukmu
Jangan kau tolak dan buatku hancur
Ku tak akan mengulang tuk meminta
Satu keyakinan hatiku ini
Akulah yang terbaik untukmu
Jangan kau tolak dan buatku hancur
Ku tak akan mengulang tuk meminta
Satu keyakinan hatiku ini
Akulah yang terbaik untukmu
Akulah yang terbaik untukmu?

LIRIK LAGU TETAP DALAM JIWA-ISYANA SARASVATI

Tak pernah terbayang akan menjadi
seperti ini pada akhirnya
Semua waktu yang pernah kita lewati
bersamanya telah hilang dan sirna
Hitam Putih berlalu
Janji kita menunggu
Tapi kita tak mampu
seribu satu cara kita lewati tuk dapati
semua jawaban ini
Bila memang harus berpisah
Aku akan tetap setia
Bila memang ini memang ujungnya
Kau kan tetap ada di dalam jiwa
tak bisa tuk teruskan
Dunia kita berbeda
Bila memang ini ujung nya
Kau kan tetap ada di dalam jiwa
Memang tak mudah tapi ku tetap
menjalani kosongnya hati
buanglah mimpi kita yang pernah terjadi
tersimpan tuk jadi history
Hitam Putih perlu
Janji kita menunggu
Tapi kita tak mampu
seribu satu cara kita lewati untuk dapati
semua jawaban ini
Bila memang harus berpisah
Aku akan tetap setia
Bila memang ini memang ujungnya
Kau kan tetap ada di dalam jiwa
Tak bisa untuk teruskan
Dunia kita berbeda
Bila memang ini ujung nya
Kau kan tetap ada di dalam jiwa
Tak bisa tuk teruskan
Dunia kita berbeda
Tak bisa tuk teruskan
Dunia kita berbeda
Tak bisa untuk teruskan..(ouw..ho)
Dunia kita berbeda
Tak bisa ntuk teruskan
Dunia kita berbeda
Bila memang harus berpisah
Aku akan tetap setia
Bila memang ini memang ujungnya
Kau kan tetap ada di dalam jiwa
Tak bisa tuk teruskan
Dunia kita berbeda
Bila memang ini ujung nya
Kau kan tetap ada di dalam jiwa

LIRIK LAGU KANGEN SETENGAH MATI

Kelap kelip lintang ono ring awang
awang,
Ngengetaken isun, rikolo ambi riko
Semilire angin, ono ring wayah bengi
Nambahi sepine ati hang magih
dewekan..
Kelap kelip lintang ono ring awang
awang,
Ngengetaken isun, rikolo ambi riko
Semilire angin, ono ring wayah bengi
Nambahi sepine ati hang magih
dewekan..
reff :
Duh nelongso rasane ati,
Pingin ketemu tapi sing biso,
Koyo dene mongso ketigo,
Ngarepno banyu udan teko..
Kangen iki setengah mati,
Mung riko hang biso nambani,
Sayang riko saiki nong ngendi,
Wis suwe sun nganten nganteni..
Ha..ha..ha…
reff :
kembali ke bait-2..kelap kelip
lintang…
kembali ke reff 2 kali

EL NINO DAN LA NINA

fase ketidakteraturan fluktuasi
temperatur muka laut pasififik
sehingga siklus El Nino dan La Nina
bersifat tidak periodik (teratur)
tetapi membentuk pola per 3 atau 4
tahunan. ENSO merupakan asosiasi
dari SO di atmosfir dengan EL Nino
dan La Nina di lautan pasifik. Untuk
mengukur anomali perubahan ini
digunakan SO Indeks dimana
perubahan tekanan udara di kota
Darwin akan berlawanan dengan di
kota Tahiti. Besarnya perbedaan
tekanan udara antara Darwin dan
Tahiti disebut sebagai SO Indeks
(digunakan sebagai indikator
pemantauan El Nino dan La Nina).
Dampak dari terjadinya ENSO akan
terasa di beberapa area di seluruh
dunia, sebagai contoh
menghangatnya ENSO secara
ekstrim akan mengakibatkan
terjadinya kekeringan dibeberapa
bagian daratan Afrika, Asia
Tenggara, Australia dan Brasil serta
banjir di bagian timur daerah
Amerika Selatan dan Utara serta
kawasan Florida, Amerika Serikat.
ENSO memiliki karakteristik antara
lain : tekanan udara turun di
wilayah luas di tengah lautan
Pasifik dan air hangat terbawa oleh
arus equatorial current yang
kemudian terkumpul di pantai Peru
dan Ecuador.
Sementara itu dalam kondisi
normal tekanan udara di Australia
utara dan Indonesia bernilai rendah
sedangkan tekanan tinggi berada di
pantai Peru. Angin diatas Pasifik
membawa hujan ke Australia Utara
dan Indonesia. Untuk ciri-ciri SO
antara lain : angin bertiup lemah
atau tidak sama sekali, angin tropis
bergerak berlawanan arah dan ke
arah timur bukannya ke barat, arah
tekanan atmosfer terbalik
(dikondisikan area yang biasa
mengalami kekeringan tiba-tiba
mengalami banjir begitu juga
sebaliknya) serta terjadinya osilasi
seperti gelombang besar dalam
kurun waktu 3-5 bulan. El Nino
merupakan fasa hangat dari SO
sedangkan La Nina merupakan fasa
dingin dari SO. El Nino merupakan
fenomena naiknya temperatur
permukaan laut sepanjang pantai
Ecuador dan Peru, 2 – 5o C di atas
rata-rata. El Nino biasanya terjadi
pada akhir Desember sampai
beberapa minggu atau bulan.
Namun dapat pula terjadi dalam
waktu yang lama, misalnya tahun
1991 sampai 1995. Beberapa indikasi
perubahan alam yang merupakan
tanda-tanda awal El Nino, antara lain
:
1. Naiknya tekanan udara di atas
Samudra Hindia, Indonesia dan
Australia.
2. Turunnya tekanan udara di
Tahiti, bagian timur dan tengah
Samudra Pasifik.
3. Angin di selatan Pasifik
melemah, bahkan berbalik arah ke
timur.
4. Munculnya air hangat di sekitar
perairan Peru.
Sedangkan terjadinya La Nina
memiliki karakteristik sebagai
karakteristik suhu permukaan laut
turun di bawah rata-rata di sekitar
Amerika Selatan sampai “garis
kalender” dimana angin di atas
Pasifik bertiup dari timur ke barat
dengan sangat kencang, air dingin
terkumpul di timur dan tengah
Pasifik. Pola kemunculan El Nino
dan La Nina dapat digambarkan
dalam grafik sehingga prediksi
kemunculan dapat dilakukan.

Jumat, 22 Januari 2016

PENGERTIAN SASTRA LAMA DAN SASTRA MODERN



SASTRA LAMA
Sastra lama adalah sastra yang berbentuk lisan atau ucapan,sering juga disebut sastra melayu yang proses terjadinya berasal dari ucapan serta orang-orang zaman dahulu. Cerita-cerita tersebut banyak yang mengandung pelajaran serta hikmah yang dapat diambil dari orang-orang yang mendengarnya. Belum ada perhitungan pasti barapa jumlah karya sastra lama yang terdapat di Indonesia. Tapi kalau dilihat dari jumlah penduduk serta jumlah suku yang terdapat di Indonesia, nampaknya karya sastra lama berjumlah ratusan ribu bahkan jutaan. Karena setiap suku,daerah,bahkan kampung memiliki sastra lama tersendiri dan yang diceritakan menjadi dongeng turun temurun dari masa ke masa. Seperti contohnya saja tentang legenda si maling kundang,yang terus di ceritakan dari masa ke masa.
Mayoritas cerita rakyat yang dikisahkan secara turun temurun masuk dalam kategori sastra lama. Secara umum,sastra lama mencakup dongeng mitos,legenda,sage fable,parable gurindam,pantun hingga mantra

CIRI-CIRI SASTRA LAMA

-         Anonim atau tidak ada nama pengarangnya
-         Istanasentris (terikat pada kehidupan istana kerajaan)
-         Karangan berbrntuk tradisional
-         Proses perkembangannya statis
-         Bahasa klise
SASTRA BARU/modern
Sastra baru atau sering disebut sastra modern adalah sastra yang muncul dan berkembang setelah masa sastra lama. Bisa dikatakan bahwa sastra modern dimulai ketika terjadi perubahan-perubahan yang cukup mendasar terhadap sifat dan ciri khas sastra yang digunakan masyarakat. Bisa dikatakan pula lahirnya sastra modern adalah ketika mulai terjadi perubahan penggunaan media yang digunakan yaitu dari media lisan  yang bersifat kuno menjadi penggunaan media tulisan yang lebih modern

CIRI-CIRI SASTRA BARU

-         Pengarang dikenal oleh masyarakat luas
-         Bahasa tidak klise
-         Proses perkembangan dinamis
-         Tema karangan bersifat rasional
-         Bersifat modern
-         Masyarakat sentris (berkutat pada masalah kemasyarakatan)





Contoh sastra baru : novel,biografi,cerpen,drama,sonata,dsb
Kesimpulan : meskipun zaman sudah modern tetapi kita harus tetap melestarikan sastra lama.
Penutup : demikian yang kami sampaikan mengenai materi yang menjadi bahasan dalam Makala ini, semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan kalian semua. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas,dimengerti,jelas dan lugas. Karena kami hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan. Sekian penutup dari kami semoga dapat diterima di hati dan kami ucapkan terima kasih.

Kamis, 21 Januari 2016

ALAT-ALAT KERJA ( JENIS, FUNGSI DAN CARA PENGGUNAAN ) PERKAKAS TANGAN

Pengenalan dan pengertian cara menggunakan alat pertukangan listrik merupakan dasar pengetahuan dalam bidang teknik listrik. Salah memilih atau salah menggunakan alat kerja selain dapat dapat merusak bahan yang dikerjakan dapat juga membahayakan keselamatan pemakainya. Oleh karena itu pengenalan alat kerja instalasi listrik mutlak dikuasai, oleh orang yg akan memasang instalasi listrik. 
1. TANG.
             Tang adalah alat yg digunakan untuk memegang benda kerja. Tang terbuat dari baja dan pemegangnya dilapisi dengan karet keras.
Jenis-jenis Tang : 
a. Tang kombinasi.
             Tang kombinasi digunakan untuk memegang,memuntir dan memotong benda kerja, misal kawat penghantar ( kabel ). Penggunaan tang kombinasi  tidak boleh memotong kabel dengan cara tang dipukul dengan palu, karena akan merusak palu
 
b. Tang potong
             Tang potong khusus dipakai untuk memotong kawat/kabel.
 
c. Tang lancip
             Tang lancip digunakan untuk memegang benda kerja yag kecil, bisa juga digunakan untuk membuat mata sambungan. Biasanya tang lancip juga dilengkapi dengan pemotong kabel

d. Tang bulat .
             Tang bulat khusus digunakan untuk membuat mata sambungan ( mata itik ) pada ujung kabel . Kepala tang berbentuk silinder ( bulat )
 
e. Tang pemegang.
             Tang ini dirancang khusus untuk memegang benda kerja. Tidak dilengkapi dengan bagian pemotong
 
 f. Tang Kakaktua
             Tang kakaktua khusus digunakan untuk memegang atau mencabut paku.
 
2. OBENG
             Obeng adalah alat tangan yg digunakan untuk memutar sekrup. Batang obeng dibuat dari baja,sedang pemegangnya dibuat dari bahan penyekat seperti kayu,plastik,atau karet keras. Mata obeng dibedakan menjadi 2 macan,yaitu obeng pipih ( minus ) dan obeng bintang ( plus ).
3. Test Pen
             Test Pen adalah obeng yg dilengkapi dengan lampu sinyal. Test Pen hanya sekedar untuk mengetahui adanya tegangan pada suatu penghantar listrik, tidak untuk mengetahui besar teganganlistrik.
 
 
4. PALU
             Palu atau martil adalah alat yg digunakan untuk memukul benda kerja, misalnya paku. Palu terdiri dari 2 bagian yaitu kepala dan tangkai. Kepala dibuat dari baja, plastik, karet, kayu, tembaga.
             Tangkai umumnya dibuat dari kayu.
             Macam palu : 
a. Palu paku ( Nail Hammer ) 
Palu ini terdiri dari 2 bagian, bagian muka yg rata digunakan untuk memukul paku, sedang bagian cakar digunakan untuk mencabut paku.
b. Palu bulat .
             Kepala palu terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian yg rata digunakan untuk memukul benda kerja, sedang bagian yg bulat digunakan untuk membuat cekungan pada benda kerja.
 
 c. Palu keling.
             Palu ini digunakan untuk pekerjaan pengelingan.
d. Palu puncak lurus dan puncak melintang.
              Salah satu sisi kepala palu berbentuk pisau yg tajam, berguna untuk memotong atau membuat sudut. Pekerjaan ini khusus untuk pekerjaan plat. 
e. Palu karet.
             Palu ini digunakan untuk pekerjaan plat, misalnya untuk meratakan permukaanplat tanpa meninggalkan goresan.
f. Palu Plastik
             Palu ini digunakan untuk mengetok atau memukul benda kerja yg lunak agar bendatau benda-benda tuangan. Tujuan penggunaan palu ini agar benda kerja tidak pecah atau tidak tergores. 
 
g. Palu tembaga.
             Palu ini digunakan untuk pekerjaan perbaikan, misalnya .mengeluarkan bagian-bagian mesin listrik tanpa harus merusaknya. Tembaga mempunyai sifat lebih lunak dibanding dengan  besi. Setelah sering dipakai palu ini akan menjadi keras, untuk memperlunak kembali kepala palu harus dipijarkan.
4. PENGUPAS  KABEL
             Pekerjaan mengupas isolasi ujung kabel dapat dilakukan menggunakan tang pengupas kabel atau pisau. 
 
5. GERGAJI
             Gergaji digunakan untuk memotong benda kerja yg terbuat dari kayu atau logam. Logam dan kayu mempunyai sifat yg sangat berbeda sehingga alat potongnya juga berbeda. 
a. Gergaji kayu.
             Gergaji ini dibedakan menjadi 2 macam,yaitu gergaji belah dan gergaji potong.
Gergaji belah digunakan untuk menggergaji searah dengan serat kayu. Susunan mata gergaji mempunyai 5 sampai 6 gigi/inci. Giginya secara berselang seling dibengkokan kakiri dan kekanan sehingga pada waktu menggergaji tidak terjepit.
             Gergaji potong digunakan untuk memotong kayu yaitu menggergaji dengan memotong arah serat kayu. Susunan mata gergaji mempunyai 7 gigi/inci. 
b. Gerjaji besi
             Gergaji besi digunakan untuk memotong logam . Jumlah gigi setiap inci berkisar antara 14 sampai 18 ( gergaji kasar ) atau 20 sampai 32 ( gergaji halus )
6. KUNCI
             Kunci adalah alat untuk membuka dan memasang mur-baut. 
 
 7. BOR
             Bor digunakan untuk melubangi benda kerja. Pada pekerjaan instalasi bor digunakan untuk membuat lubang bantu guna memasang paku sekrup pada kayu atau tembok.
8. SOLDER LISTRIK
             Pada pekerjaan instalasi, solder listrik digunakan untuk menyolder sambungan kawat dan mata itik,agar sambungannya sempurna.